Harga Minyak Turun dari Level Tertinggi 2023, Pemangkasan OPEC+ Jadi Fokus

Investing.com – Harga minyak sedikit turun dari level tertingginya untuk tahun ini pada Selasa (05/09). Pasar kini menunggu tindakan Rusia dan OPEC+ untuk mengurai lebih banyak pengurangan produksi, sementara fokus juga tetap tertuju ke sinyal lain dari China minggu ini.

Minyak mengalami peningkatan yang kuat selama seminggu terakhir setelah Rusia mengatakan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) untuk mengurangi lebih banyak pasokan, dan rincian lain soal kesepakatan tersebut akan diumumkan minggu ini.

Arab Saudi – pemimpin grup produksi itu – juga diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan satu juta barel per hari yang sedang berlangsung hingga akhir Oktober. Kerajaan tersebut telah mengisyaratkan bahwa mereka akan menjaga produksi tetap rendah untuk menopang harga minyak mentah global.

Minyak Brent turun 0,1% ke $88,91 per barel, sementara minyak WTI turun 0,1% menjadi $85,89 per barel pukul 08.02 WIB. Brent mendekati level tertinggi sejak akhir Januari, sementara WTI diperdagangkan mendekati level yang terakhir terlihat pada November 2022.

“Bahwa masih ada banyak momentum yang mendekati $90 per barel mungkin menyarankan bahwa kita dapat melihat dorongan kuat untuk menembus di atas yang akan mewakili perubahan besar dalam dinamika pasar dalam waktu yang cukup singkat,” tulis analis di Oanda dalam sebuah catatan.

Sementara hingga Selasa (05/09) siang, karet naik 3,33% pada Senin di Singapura, batubara Newcastle di ICE London mencapai 156,00, kakao AS turun  0,71% hingga Sabtu lalu, minyak sawit turun 0,95%, dan kacang kedelai turun 0,26% pukul 13.57 WIB.

Kopi robusta di London berada di 2.478,00 Senin, kopi AS turun 1,81% pada Sabtu dan gas alam turun 1,01%.

Pasokan yang ketat membantu hadang ketidakpastian ekonomi

Potensi pasokan yang lebih ketat membantu sebagian besar peningkatan minyak melewati serangkaian rilis angka ekonomi yang beragam dari negara konsumen minyak terbesar di dunia. Data terbaru dari AS mengindikasikan beberapa pendinginan di pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi negara tersebut, sementara permintaan bahan bakar AS juga dipertanyakan saat jelang akan segera berakhirnya musim panas yang padat dengan perjalanan .

Mendinginnya aktivitas ekonomi AS menambah harapan bahwa Federal Reserve akan memiliki ruang gerak yang terbatas untuk terus menaikkan suku bunga, mengurangi beberapa kekhawatiran bahwa suku bunga yang tinggi akan menekan permintaan minyak tahun ini.

Tetapi dolar tetap kuat, bergerak di sekitar level tertinggi tiga bulan pada hari Selasa tatkala pasar menunggu serangkaian Fed speaker minggu ini. Sementara bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di bulan September, bank sentral juga diharap akan menjaga suku bunga di level tertinggi lebih dari 20 tahun untuk waktu yang lebih lama.

Di China, survei pemerintah dan swasta memberikan sinyal yang beragam untuk aktivitas manufaktur, saat negara konsumen minyak terbesar di dunia ini berjuang untuk menopang pemulihan ekonomi pasca-COVID.

Namun pasar berharap Beijing akan mengeluarkan lebih banyak langkah stimulus dalam beberapa minggu mendatang untuk lebih mendukung pertumbuhan. Fokus minggu ini juga tertuju pada data perdagangan China untuk mengukur seberapa baik permintaan minyak bertahan di negara tersebut.

Update komoditas Selasa (05/09) siang, nikel stagnan di 21.014,00 pada penutupan dini haritimah naik 2,19% Senin di ICE London, bijih besi naik 8,03% Jumat lalu dan tembaga turun 0,55% pukul 13.55 WIB.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *